Minggu, 17 Maret 2013

KILAS STATISTIK : KOMODITAS RUMPUT LAUT


RUMPUT LAUT INDOONESIA DALAM ANGKA


Potensi Pengembangan

Perairan Indonesia hampir menguasai 65 % potensi perairan coral tri angel yang potensial untuk tumbuh kembangnya berbagai jenis rumput laut khususnya jenis Kappaphycus alvarezii, jauh mengungguli potensi negara-negara lainnya yaitu berturut-turut  Philipina sebesar 15%, Kepulauan Solomon 7%, Malaysia 5%, Papua Nugini 5% dan Timor Leste sebesar 1%.

Berbagai jenis rumput laut ekonomis tinggi
dan telah berhasil dibudidayakan di Perairan Indonesia secara umum berasal dari jenis alga merah (Rhodophyceae) antara lain Eucheuma cottonii / Kappaphycus alvarezii doty (kappa karaginan), E. Spinosum (iota karaginan), dan Gracilaria sp (penghasil agar); Ptylopora (penghasil serat untuk kertas) dan Halymenia sp (lamda karaginan). Serta potensi jenis lain yang tersedia di alam dari jenis alga coklat seperti Sargasum sp (sebagai penghasil alginat)

Luas area potensial untuk budidaya rumput laut mencapai 1.110.900 ha,  sedangkan luas efektif perairan untuk pengembangan budidaya rumput  laut diperkirakan mencapai 222.180 ha (20 % dari luas areal potensial). Dari luas efektif perairan laut tersebut, baru sekitar 18% saja yang telah dimanfaatkan, sehingga peluang pengembangan budidaya rumput laut masih sangat besar.

Perkembangan Produksi

Produksi rumput laut diproyeksikan rata-rata meningkat pertahun sebesar 32 % (dari Tahun 2010-2014) atau meningkat sebesar 392% dari Tahun 2009 ke Tahun 2014. Proyeksi tersebut masing-masing berturut-turut Tahun 2009 diproyeksikan meningkat menjadi sebesar 2.574.000, Tahun 2010 sebesar 2.672.800 ton, Tahun 2011 sebesar 3.504.200  ton, Tahun 2012 sebesar 5.100.000 ton, tahun 2013 sebesar 7.500.000 ton dan Tahun 2014 sebesar 10 juta ton.

Data statistik menunjukkan bahwa Tahun 2011 produksi rumput laut Nasional telah mencapai 5.170.201 ton atau naik sebesar 32% dari tahun 2010 sebesar 3.906.420 ton. Sedangkkan data sementara tahun 2012 produksi rumput laut nasional mencapai 6,2 juta ton dengan tingkat capaian sementara sebesar 120% dari target tahun 2012 sebesar 5,1 juta ton.

Sentral produksi utama rumput laut masih didominasi oleh 10 Propinsi antara lain : Sulawesi Selatan (ex : Takalar, Jenoponto, Bantaeng, Luwuk dll), Sulawesi Tengah (Banggai Kepulauan, Banggai, Morowali, Parigi Moutong dll), NTB (Lombok Tengah, Lombok Barat, Lombok Timur, Sumbawa, Bima dll), NTT (Alor, Maumere, Rote Ndao, Sabu Rajiua, Sumba Timur dll), Sulawesi Tenggara (Konawe Selatan, Kolaka, Buton), Jawa Timur (Madura, Situbondo, Banyuwangi dll), Maluku (Maluku Tenggara Barat, Maluku Barat Daya, Kepulauan Aru), Bali (Klungkkung, Sulawesi Utara (Minahasa Utara) dan Gorontalo.

Perkembangan Pasar

Indonesia menguasai sekitar 50% produk rumput laut hasil budidaya di dunia yaitu untuk jenis Eucheuma, Gracilaria dan Kappaphycus (data base FAO dan SEAplant).

Perkembangan volume dan nilai  ekspor dalam kurun waktu Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2010 secara umum mengalami kenaikan. Tahun 2010 volume ekspor rumput laut Indonesia (rumput laut kering, karaginan dan agar) mencapai 126.177.521 kg meningkat sebesar 34% dari tahun sebelumnya yang mencapai angka 94.002.964 kg.  Sedangkan nilai ekspor Tahun 2010 mencapai sebesar 155.619.562 US$ meningkat 77 % Jika dibandingkan dari total nilai ekspor tahun sebelumnya yang mencapai 87.773.297 US$ (Sumber : Statistik Ekspor-Impor Produk Perikanan tahun 2010).

Share ekspor rumput laut Indonesia terhadap kebutuhan rumput laut dunia mencapai 20,74%, dimana 51,71% diekspor ke negara China serta sisanya di ekspor ke Negara Philipina (12,28%), vietnam (7,70%), Chile (4,57%), UK (3,18%), USA (3,29%), Jerman (3,89%), Hongkong (1,46%), Korea (2,96%), Prancis (1,89%), dan negara lainnya (7,19%)


*) Di olah dari berbagai sumber

2 komentar:

Agusman mengatakan...

Kalau kita baca data World Aquacultur, sebenarnya kita itu hanya leader untuk Tropical Seaweed, tapi untuk total produksi budidaya RL dunia,China is number 1 lah.

Kita perlu benahi data statistik, sedikit sentilan coba cek data statistik perkiraan sementara yang di Publish oleh Pusdatin dengan data real akan sangat jauh berbeda. Hal ini terjadi hampir disemua lini baik itu pengolahan, tangkap, budidaya. Ini pr bersama

www.infoakuakultur.blogspot.com mengatakan...

Betul Sekali mas Agus kami sependapat. Saat ini memang nyatanya banyak kesimpangsiuran data. Sebenarnya pusat selalu mellakukan validasi data dan verifikasi data statistik. Namun kayaknya perlu verfikisasi langsung di lapangan untuk membandingkan data yang disampaikan Daerah dengan kondisi real aktivitas budidaya sebenarnya.