Selasa, 29 April 2014

Sosok Inspiratif



MUCHHTAR,..
SANG PEJUANG HAKIKI
DARI NEGERI SERAMBI MEKAH



Tubuhnya yang gempal dengan postur yang tinggi besar, kesan pertama kali bagi siapapun yang melihat beliau memang sedikit akan membuat nyali kita ciut, tapi itu semua tidak berlaku. Saat  penulis wewawancarainya ditengah-tengah kegiatan Konsolidasi Nasional Budidaya Air payau dan Laut di Surabaya belum lama ini, justru yang muncul adalah kesan ramah, gaya bicara yang blak-blakan menjadikannya  sangat asik sebagai partner bicara.


Muchtar, begitulah nama yang cukup singkat bagi lelaki kelairan Bireun Aceh 40 tahun yang lalu. Lelaki biasa tetapi luar biasa, karena melalui tangan dinginnya mampu memberikan kontribusi besar bagi pemberdayaan masyarakat di sekitarnya. Itulah alasan mengapa lelaki luar biasa ini didaulat oleh Ditjen Perikanan Budidaya menjadi salah satu narasumber pada acara konsolidasi nasional budidaya air payau dan laut. Maksudnya tiadalain diharapkan akan menjadi inspirasi positif bagi semua pihak pelaku usaha budidaya di Indonesia.

Gaya bicara yang fasih dalam menyampaikan aspek-aspek teknis budidaya udang, membuat penulis tidak menyangka bahwa sebenarnya latar belakang pendidikannya bukan Perikanan melainkan sebagai sarjana ekonomi. Ya, bagi Muchtar ilmu bisa didapatkan dari alam, dia menjadikan udang sebagai guru sedangkan tambak sebagai kampus bagi dirinya.

Bermula dari keprihatinan Muchtar kepada masyarakat sekitar yang lebih memilih jadi TKI ke Negeri orang dibanding berusaha di tanah kelahirannya sendiri. Apalagi pasca konflik dan bencana tsunami 8 tahun silam, belum sepenuhnya kondisi ekonomi Aceh membaik, itulah yang membuat Muchtar termotivasi untuk memberikan peluang alternatif usaha melalui usaha budidaya udang windu. Muchtar tidak segan-segan untuk jemput bola meminta dukungan pemerintah, akhirnya gayungpun bersambut melalui kerja kerasnya, Muchtar bersama 20 anggota kelompok yang dia gawangi mendapat support langsung khususnya pembinaan dan pendampingan dari BBAP Ujung Batee. “Saya mendorong masyarakat untuk bergabung dalam wadah kelompok, bagi saya ini penting dalam membuka akses informasi terkait usaha budidaya udang windu, disamping akan lebih memperkuat dari sisi kapasitas usaha”, jelas Muchtar.

Hasilnya sungguh menggembirakan, Pokdakan mandiri yang ia gawangi telah tumbuh menjadi salah satu pionir penggerak pemberdayaan masyarakat. “Kami sengaja mendorong budidaya tradisional plus dibanding tradisional ataupun intensif”, terangnya. Dijelaskan Muchtar bahwa ada beberapa keuntungan membudidayakan udang windu tradisional plus, antara lain : pertama, produktivitas cukup tinggi dibanding tradisional : 800- 1.000 kg/ha; kedua, budidaya cenderung ramah lingkungan; ketiga, optimalisasi lahan kurang produktif lebih cepat; dan terakhir, serapan tenaga kerja lebih banyak.

Dengan produktivitas rata-rata 800 kg per-ha dan harga udang windu size 30 rata-rata sebesar Rp. 90.000,-, anggotanya mampu meraup pendapatan bersih tidak kurang dari 50 juta per siklus (4 bulan). “Penghasilan tersebut cukup untuk menghidupi kebutuhan keluarga selama 1 tahun”, jelas Muchtar berseri-seri. “Jika semula masyarakat memilih untuk jadi TKI ke Malaysia, dengan kondisi seperti ini mereka lebih baik beramai-ramai hidup di tambak”, tambah Muchtar. Diakuinya sejak diperkenalkannya budidaya tambak tradisional melalui pendampingan dari BBAP Ujung batee, kondisi ekonomi masyarakat berubah drastis, sangat kontras jika dibanding beberapa tahun silam.

Ditanya soal rahasia kesuksesannya, Muchtar menjelaskan bahwa kuncinya adalah kerja keras pantang menyerah. “saya memegang teguh prinsip Alah Bisa Karena Biasa, semua saya pelajari dari kebiasaan, ilmunya lebih banyak didapatkan langsung dari lapangan”, tandas Muchtar. Menurutnya metode pembelajaran dengan teaching factory justru akan membuahkan hasil nyata dibanding teori yang diberikan di ruang-ruang kelas. “Itulah yang selalu kami minta kepada pak Coco, pada waktu masih kepala Balai, untuk mendorong stafnya terjun langsung ke tambak”, imbuhnya. Dari sisi aspek teknis, pengelolaan budidaya yang baik antara lain konsistensi penerapan SOP dan biosecurity menjadi hal mutlak jika inging mendapatkan hasil yang baik. Disamping itu, faktor yang tidak kalah penting adalah penguatan kelembagaan kelompok. Menurutnya tanpa berkelompok, mustahil usahanya akan berkelanjutan.

Mengakhiri ceritanya Muchtar menyampaikan harapan. Menurutnya ada tiga pelaku yang sesungguhnya akan mampu menjamin percepatan pengembangan usaha budidaya tambak, antara lain Penguasa, Pengusaha dan Pembudidaya. Sehingga ketiganya perlu bersinergi dengan baik dalam membangun kemitraan yang kuat. Muchtar juga mengemukakan optimismenya akan kemajuan usaha budidaya udang ke depan. “saya optimis ke depan perudangan Indonesia akan lebih maju”, tegas Muchtar optimis.
    












Tidak ada komentar: